Pahlawan Yang Menawan
Tim Pers
Masih ingat kah kita peristiwa 10 November? Di mana Negeri yg sudah merdeka tetap di porak-porandakan oleh penjajah. Banyaknya ultimatum yang terkenal, seakan-akan menggoyahkan berdirinya Negara Indonesia. Kota Surabaya menjadi saksi perjuangan para pahlawan atau dikatakan (arek-arek Suroboyo). Mereka dengan persenjataan sederhana, melawan musuh yang bisa saja menyerang melalui udara. Namun, semangat itu lah yang membangkitkan jiwa patriotisme.
Hari itu, dimana masyarakat Surabaya melakukan perlawanan terhadap tentara Inggris dan Belanda. Berawal dari perundingan hingga berakhir dengan perkelahian. Sebuah ultimatum yang menyebabkan kematian rakyat hingga terjadi pertempuran.
Pahlawan bangsa saat ini adalah kita, kaum muda penggerak Bangsa. Soekarno pernah menolak, “Perjuangan kalian akan lebih berat karena melawan Negeri sendiri”. Melawan para perusak ideologi, melawan para penguras rakyat, dan banyak hal lain yang perlu disoroti.
Apa bentuk apresiasi kita wahai kawan-kawanku? Kita mendapatkan kenikmatan dari perjuangan pahlawan, tak adakah rasa ingin menghapuskan? Indonesia kita masih belum sejahtera. Masih banyak rakyat pinggir jalan, makan sehari tidak tentu, udah mengemis dan tidak bersekolah. Kapitalisme memarak. Syalom Indonesia … Masih Indonesia kah kita?
Senapan yang diganti oleh bambu, tak ada baju baja anti peluru, hanya dilengkapi oleh keberanian kesalahankan segala tangis rakyat Indonesiaku. “Jangan usik rakyatku, jangan usik Indonesiaku” kalimat itu tertera jelas dikepala setiap mereka, walau tak tampak dimata musuh. Melihat darah rakyat yang bercucuran, hati sungguh berteriak.
Maafkan kami jika petuah yang telah engkau ucapkan, jejak yang telah engkau tapaki untuk kami, rasa kebangsaan yang telah engkau salurkan untuk kami, hilang dimakan sang angin. Kami sering membiarkan itu semua, sehingga telah tercipta cela bagi mereka yang ingin meletakkan bibit ditanah NKRI.
Sedari biji kalian sirami tanah subur dengan air kasih sayang, maafkan kami para pejuang, jika telah kami sakiti sanubarimu. Pikiran kami kotor, jiwa kami tidak berapi-api, air mata kami tidak jatuh untuk Negara ini.
Tetapi, yakinlah wahai Bapak, Ibu, Adik, Kakak, Bung pemegang sejarah, tidak kami akan meninggalkan rumah ini. Jikapun kami berlayar hingga keujung benua, jangkar kami akan selalu mendarat di dataran air Negara Indonesia.
Di masa dahulu, sosok pahlawan yang digambarkan sebagai yang berjasa merebut kemerdekaan dan mengusir para penjajah dengan perjuangan jiwa dan raganya. Di masa kini, saat kemerdekaan itu sudah terwujud, tugas kita sebagai penerus kemerdekaan kemerdekaan dengan belajar, bekerja, dan mengabdi pada bangsa dan negara. Salah satu bentuk pengabdian itu, terutama di masa pandemi saat ini, adalah dengan menjadi garda terdepan dalam pencegahan dan penanggulangan Covid-19, baik di lingkungan masyarakat maupun di bidang medis. Peran tenaga medis sebagai garda terdepan pencegahan dan penanggulangan Covid -19 sangat penting dan krusial, selain ahli dalam bidangnya, mereka juga bekerja lebih ekstra dengan terus bertambahnya angka kasus pasien positif Covid-19.
Berkorban nyawa jika perlu untuk menyelamatkan umat manusia. Meskipun demikian kita sebagai generasi muda, tidak bisa hanya diam dan menyerahkan semua tanggung jawab ini pada tenaga kesehatan. Kita dapat berkontribusi sesuai bidang kita masing-masing. Dengan Partisipasi dan sumbangsih kita dalam pencegahan dan penanganan Covid-19, kita tidak hanya menjadi pahlawan bagi diri kita sendiri, tetapi juga menjadi pahlawan bagi bangsa dan negara, pahlawan di masa pandemi.
Mengorbankan darah, Sekali merdeka, tetap merdeka! Semua adalah pahlawan, semua adalah pejuang.